SKRIPSI IAT
Tradisi Seni Baca Al Quran di Jamiyyatul Qurro' Al-Lathifiyyah Kradenan Kota Pekalongan (Studi Living Quran)
Al-Qur’an sejak kehadirannya telah diapresiasi dan direspon sedemikian rupa, seperti dari bagaimana cara dan ragam membacanya dengan indah dan melagukannya sehingga lahirlah seni baca Al-Qur’an. Penelitian dalam skripsi ini membahas tentang tradisi seni baca Al-Qur’an yang ada di Jam’iyatul Qurro’ Al-Lathifiyyah Kradenan Pekalongan. Berdirinya Jam’iyyatul Qurro’ Al-Lathifiyyah merupakan faktor pendukung makin berkembangnya seni baca Al-Qur’an di Pekalongan. Hal yang membuat penulis tertarik melakukan penelitian ini adalah tradisi seni baca Al-Qur’an yang dilaksanakan di Jam’iyyatul Qurro’ Al-Lathifiyyah sudah mampu mencetuskan qāri’ dan qāri’ah yang berbakat termasuk KH. Muammar ZA yang terkenal sebagai qāri’ Internasional. Selain itu juga do’a khusus yang dijadikan wasilah untuk memperbagus suara para santrinya,
Dalam penelitian ini membahas dua masalah. Pertama, bagaimana praktik tradisi seni baca Al-Qur’an di Jam’iyyatul Qurro’ Al-Lathifiyyah Kradenan Kota Pekalongan? dan kedua, bagaimana pemaknaan pengasuh dan santri terhadap tradisi seni baca Al-Qur’an di Jam’iyyatul Qurro’ Al-Lathifiyyah Kradenan Kota Pekalongan?. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, maka penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori yang digagas oleh Petter L. Berger dan Thomas Luckman yaitu teori konstruksi social, dimana teori ini merupakan suatu kajian dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan dalam skripsi ini dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.
Hasil penelitian dalam skripsi ini yaitu: pertama, tradisi seni baca Al-Qur’an di Jam’iyyatul Qurro’ Al-Lathifiyyah Kradenan Kota Pekalongan merupakan tradisi yang sudah dilakukan sejak berdirinya Jam’iyyatul Qurro’ Al-Lathifiyyah oleh KH. Abdul Latif dan sekarang sudah ada pada pengasuh generasi kedua yaitu KH. Ahmad Baswedan Mirza. Adapun dalam pelaksanaannya, tradisi ini dilakukan dua kali dalam satu minggu yaitu pada hari Jumat dan hari Ahad dari pukul 06:30 WIB sampai pukul 08:00 WIB. Kedua, tradisi seni baca Al-Qur’an di Jam’iyyatul Qurro’ Al-Lathifiyyah memiliki makna tersendiri bagi pengasuh dan santri. Makna tradisi seni baca Al-Qur’an bagi pengasuh yaitu makna historis, makna sosiologis, dan makna psikologis. Makna histortis yaitu hal ini dianggap sebagai salah satu bagian dari transmisi keilmuan guru ke murid. Makna sosiologis, hal ini dianggap sebagai interaksi masyarakat dengan al-Qur’an, masyarakat disini berarti pengasuh dan santri serta masyarakat sekitar
xii
lingkungan Jam’iyyatul Qurro’ Al-Lathifiyyah. Ketiga, makna psikologis, dimana hal ini dapat diketahui melalui membaca Al-Qur’an dengan seni dapat menciptakan potensi yang dimiliki oleh individu dan meningkatan rasa gemar membaca dan mendengarkan Al-Qur’an. Sedangkan makna yang dikehendaki oleh santri dari praktik tradisi seni baca Al-Qur’an adalah keinginan untuk menguasai bidang seni baca Al-Qur’an sehingga mereka dapat membaca Al-Qur’an dengan ragam lagu dan pada akhirnya dapat mengikuti event Musabaqah Tilāwah Al-Qur’an.
19SK1931003.00 | SK IAT 19.003 KHU t | My Library (Lantai 3 Referensi dan Local Content) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain