SKRIPSI IAT
Penafsiran Syekh Al-Jailani Terhadap Ayat-Ayat Mutasyabihat (Studi Tafsir Huruf al-Muqaththa'ah dalam Kitab Tafsir Al-Jailani)
Al-Qur’an diturunkan ke bumi ini untuk menjadi petunjuk dan pembimbing bagi manusia. Dengan kedudukannya tersebut, maka pemahaman terhadap ayat-ayat al-Qur’an merupakan sebuah tuntutan bagi umat Islam diantaranya dengan Ilmu tafsir al-Qur’an, dalam perkembangan ilmu tafsir para ulama ahli tafsir mulai mempunyai arah sendiri-sendiri yang berbeda dalam menafsirkan al-Qur’an. Perbedaan arah penafsiran tersebut dikarenakan tafsir merupakan penjelasan al-Qur’an, dan al-Qur’an terkadang bersifat umum, susah dipahami, memiliki berbagai kemungkinan, perlu adanya penjelasan lebih lanjut. Dalam al-Qur’an sendiri disebutkan bahwa ayat-ayat di dalam al-Qur’an ada yang muhkamat dan ada yang mutasyabihāt, penafsiran ayat-ayat mutasyabihāt ini para ulama’ berbeda pendapat dalam menafsirkannya, khususnya dalam ayat Fawātih al-Suwar (al-Hurūf al-Muqaththa’ah), Kitab Tafsīr al-Jailāni merupakan kitab tafsir klasik sufi yang ditulis oleh Syekh Abdul Qādir al-Jailāni
Penelitian ini didasarkan pada dua rumusan masalah yaitu bagaimana metode dan corak penafsiran tafsīr al-Jailāni dan bagaimana metode penafsiran al-Hurūf al-Muqaththa’ah dalam tafsīr al-Jailāni .
Penelitian ini termasuk dalam penelitian non-empirik yang menggunakan jenis penelitian dengan metode library research (penelitian kepustakaan) serta kajiannya disajikan secara deskriptif analitis.
Setelah melakukan penelitian ini penulis berkesimpulan bahwa tafsir ini dalam penafsirannya menggunakan metode isyari dan bercorak sufi. Syekh Abdul Qādir al-Jailāni dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihāt adalah dengan ditakwilkan, hal ini dapat diketahui pada penafsiran semua al-Hurūf al-Muqaththa’ah di permulaan surat merupakan pembukaan dengan panggilan (al-Istiftāh bi al-Nida’) kepada Nabi Muhammad saw. Penafsiran seperti ini serupa dengan Fawātih al-Suwar pada surat At-Tahrīm, At-Thalāq, Al-Mudatstsir, Al-Muzammil yang secara langsung ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. Metode penafsiran al-Hurūf al-Muqaththa’ah, sebelum menafsirkan al-Hurūf al-Muqaththa’ah Syekh Abdul Qādir al-Jailāni lebih dahulu mengemukakan huruf itu di bagian atas atau disebut bagian isi surat, ketika menafsirkan huruf al-Muqatha’ah beliau mengulang kembali ayat tersebut dibagian bawah, kemudian beliau mengungkapkan maksud dari huruf itu secara global atau keseluruhan. Sebelum menafsirkan al-Hurūf al-Muqaththa’ah Syekh Abdul Qādir al-Jailāni terlebih dahulu mencantumkan huruf nida’ Yā dan Ayyuhā di depan al-Hurūf al-Muqaththa’ah, sedangkan metode dan corak penafsiran Syekh Abdul Qādir al-Jailāni terhadap penafsiran al-Hurūf al-Muqaththa’ah adalah isyari dan sufi. Hal ini dibuktikan dengan penafsiran beliau yang mempunyai nilai filosofi tinggi, ketauhidan dan menyinggung kesufian.
17SK1731013.00 | SK IAT 17.013 ARI p | My Library (Lantai 3 Skripsi) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain