BUKU
Membahas Ilmu-Ilmu Al-Quran = Mahabits fi ulumil Quran
Pada zaman sekarang ini sukar sekali rasanya bagi seorang peneliti masalah-masalah al-Qur’an untuk bersandar pada kitab-kitab klasik dalam upaya menafsirkan suatu ayat atau menganalisa segi sastra setiap bagian al-Qur’an. Hal ini dikarenakan adanya kontradiktif riwayat dan pendapat dalam kitab-kitab sebelumnya.
Bahwa banyak nama-nama al-Qur’an, namun yang paling terkenal adalah al-Kitab dan al-Qur’an. Para ulama berpendapat mengenai lafadz al-Qur’an. Sebagian berpendapat, penulisan lafadz tersebut dibubuhi huruf hamzah, dan pendapat lain mengatakan bahwa penulisannya tanpa menggunakan huruf hamzah.
Namun, apapun nama-nama al-qur’an dan bagaimanapun para ulama berpendapat, secara jelas dikatakan bahwa al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan kepad Nabi Muhammad SAW yang diturunkan secara mutawatir melalui Malaikat Jibril yang bersifat pasti akan kebenarannya, dan membacanya adalah ibadah.
Nabi Muhammada SAW bukanlah Nabi pertama yang berbicara kepada manusia menyampaikan risalah agama (Kalam Ilahi) dengan bahasa penuh pesona dan tak tertandingi. Al-Qur’an mulai menyentuh hati orang–orang Arab di Mekkah sehingga mereka memiliki kecerdasan untuk memahami segalanya secara objektif.
Rasulullah menerima wahyu Ilahi dengan segenap daya indera dan dengan penuh perasaannya. Beliau benar-benar sadar bahwa dirinya adalah hamba Allah dan Rasul pengemban amanah-Nya.
Pada zaman hidupnya Rasulullah SAW hingga zaman berikutnya, yakni Abu Bakar dan Umar, imu al-Qur’an masih diriwayatkan secara penuturan lisan. Pada zaman Utsman, orang-orang Arab banyak bergaul dengan bangsa non Arab. Sejak saat itu, Utsman memerintahkan supaya kaum muslimin berpegang teguh pada mushaf induk dan membuat reproduksi menjadi beberapa buah naskah untuk dikirim ke daerah-daerah.
Utsman ra adalah sahabat pertama yang memerintahkan reproduksi naskah al-Qur’an yang kemudian terkenal dengan nama ‘Ilmu Rasmil Qur’an. Selain itu, ‘Ali bin Abi Thalib ra, juga terkenal dengan perintahnya kepada Abul Aswad ad-Duali supaya meletakkan kaidah pramasastra bahasa arab guna menjaga corak keasliannya.
Buku ini sangat penting untuk dibaca, karena memberikan wawasan mengenai ilmu al-Qur’an. Bahwa al-Qur’an itu tidak hanya mencakup ilmu tajwid saja, namun masih banyak yang harus dikaji lebih dalam lagi.
Namun, pada bagian cover kurang memuaskan, hanya berwarna hijau dengan nuansa batik yang menurut saya kurang begitu menarik dan kurang sesuai dengan isi dari buku tersebut. Seharusnya cover menunjukkan sesuatu yang akan dibahas di dalamnya sehingga orang akan tertarik perhatiannya.
16TD160405.00 | TD 2X1.1 SHA m | My Library (lantai 2, Tandon) | Tersedia |
16SR160405.02 | SR 2X1.1 SHA m C.2 | My Library (Lantai 2, Sirkulasi) | Tersedia |
16SR160405.03 | SR 2X1.1 SHA m C.3 | My Library (Lantai 2, Sirkulasi) | Tersedia |
16SR160405.05 | SR 2X1.1 SHA m C.5 | My Library (Lantai 2, Sirkulasi) | Tersedia |
16SR160405.04 | SR 2X1.1 SHA m C.4 | My Library (Lantai 2, Sirkulasi) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain