SKRIPSI PAI
Pandangan KH. Hasyim Asy'ari Dan Dr. Abdullah Nashih 'Ulwan Tentang Relasi Guru Dengan Murid (Studi Perbandingan Pendidikan Humanis)
Kata kunci : Relasi guru dengan murid dan Pendidikan Humanis Dunia pendidikan dalam beberapa aspeknya tidak lepas dari adanya proses
belajar mengajar yang meniscayakan adanya relasi antara guru dengan murid.
Pendidikan Islam yang selama ini sering dibidik orang sebagai pabrik intelektual
yang mampu melahirkan pelaku-pelaku pembangunan yang tangguh seringkali
tidak berhasil mengelola dan memproduksi potensi kemanusiaan lainnya,
terutama berbasis batiniah. Tokoh pendidikan Islam KH Hasyim Asyari yang
tetap mementingkan adanya etika dalam relasinya guru dan murid ataupun
sebaliknya, sedangkan DR. Abdullah Nashih Ulwan hubungan guru (pendidik)
dan murid (anak) tidak sekedar menjalankan tanggungjawab dan kewajiban dalam
aspek jasmani saja, tetapi dalam aspek rohaninya juga sesuai dengan petunjuk
Islam. Akan tetapi dalam prakteknya baik KH.Hasyim Asyari maupun DR.
Abdullah Nashih Ulwan, apakah dalam relasi guru dan murid yang didasari dengan religius ethic
sesuai dengan pendidikan humanis (relasi sebagai subyek dengan subyek).
Dari uraian tersebut diatas, maka dirumuskan permasalahan yaitu
bagaiamana pandangan KH. Hasyim Asyari dan DR. Abdullah Nashih Ulwan
tentang relasi guru dengan murid dalam kajian pendidikan humanis. Kegunaan
dari penelitian ini secara teoritis adalah: (1)
Sebagai sumbangan pemikiran bagi
pemerintah, stakeholder terkait,
pakar pendidikan maupun pendidik dalam
mengetahui tentang relasi guru dengan murid antara KH Hasyim Asyari dan DR.Abdullah Nashih Ulwan dalam kajian pendidikan humanis.
(2) Sebagai sumbangan
pemikiran bagi pemerintah, stakeholder terkait,
pakar pendidikan maupun pendidik
untuk merefleksi kembali relasi guru dengan
murid antara KH Hasyim Asyari dan DR. Abdullah Nashih Ulwan dalam perspektif pendidikan
humanis agar dapat tercapainya tujuan pendidikan di Indonesia dapat dilihat pada
formulasi tujuan pendidikan nasional menurut UU Sisdiknas
. Kegunaan secara praktisnya adalah (1)Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi pemerintah,
stakeholder terkait, pakar pendidikan maupun pendidik untuk dapat terciptanya selalu suatu relasi guru dengan
murid yang humanis. (2) Menjadi bahan masukan/
pertimbangan bagi pemerintah untuk selalu mengembangkan relasi yang lebih
humanis antara guru dengan
murid.(3) Menjadi bahan masukan/pertimbangan
bagi pemerintah, stakeholder terkait,
pakar pendidikan maupun pendidik untuk
selalu memperhatikan pentingnya suatu relasi guru dengan murid dalam suatu pendidikan. Penelitian
ini merupakan penelitian pustaka (Library research)
dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
hermeneutika. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan studi secara teliti dari literatur-
literatur yaitu dengan membaca, mengidentifikasikan, menganalisa, dan membandingkan data-data yang dipandang relevan dengan pembahasan masalah. Sedangkan analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
content analisis (mengungkap isi
sebuah buku yang menggambarkan pengetahuan ataupun penjelasan yang
dipaparkan oleh penulis pada waktu buku itu ditulis), komparasi (membandingkan)
dan interprestasi. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa pandangan KH. Hasyim
Asyari tentang relasi guru dengan murid dalam studi perbandingan pendidikan
humanis, dalam prakteknya yang terjadi lebih banyak dua arah sebagai subyek-subyek dan bisa pula sebagai obyek-subyek. Dan
relasi keduanya harus berimbang (balance). Sedangkan pandangan DR. Abdullah Nashih Ulwan tentang relasi guru
dengan murid dalam studi perbandingan pendidikan humanis dalam prakteknya
lebih menekankan pada pendidikan keluarga dimana semua aspek yang ada pada
diri anak menjadi tanggung jawab
pendidik. Relasi keduanya tersebut walaupun
satu arah subyek-obyek akan tetapi lebih mengarahkan pada relasi yang dua arah
yaitu subyek-subyek. Kemudian perbandingan keduanya dalam studi
perbandingan perbandingan humanis dari segi persamaannya yaitu Guru
(pendidik) harus beretika terhadap murid (anak)begitu juga murid (anak) harus
beretika terhadap guru (pendidik), Sifat yang sama-
sama harus dimiliki pendidik yaitu ikhlas, taqwa, profesional, sabar dan bertanggungjawab,
Pendidik harus mencintai dan menyayangi murid (anak), Guru dan murid sama-sama sebagai
subyek walaupun terkadang murid masih menjadi obyek dalam pndidikan, Sama-sama mengdepankan metode keteladanan(uswah).
Sedangkan perbedaan keduanya yaitu
Relasi guru dengan murid menurut KH. Hasyim Asyari sebagai
hubungan antara guru dengan murid di dalam maupun diluar lembaga pendidikan
sedangkan menurut DR. Abdullah Nashih Ulwan relasi guru dengan murid adalah hubungan pendidik yang
lebih menekankan pada pendidikan keluarga.,
Guru dalam pandangan K.H Hasyim Asyari adalah sebagai seorang guru yang
mendidik dalam suatu lembaga tertentu dan murid sebagai pelajar yang sedang
belajar. Sedangkan guru dalam pandangan DR.Abdullah Nashih Ulwan sebagai
pendidik yang tidak hanya guru saja akan tetapi ayah, ibu dan para dai juga
termasuk sebagai pendidik dan murid sebagai seorang anak yang harus di didik
baik jasmani dan rohaninya,
Metode yang digunakan
berbeda dalam relasi guru dengan murid. KH. Hasyim Asyari dengan metode ceramah, hafalan, tanyajawab, tahdzib wa targhib dan diskusi, sedangkan DR. Abdullah Nashih Ulwan
dengan kebiasaan, nasehat, perhatian dan memberi hukuman sesuai dengan aturan,
Ketokohan KH. Hasyim Asy’ari selain sebagai seorang guru beliau juga
sebagai praktisi,sedangkan DR. Abdullah Nashih Ulwan ketokohannya sebagai
seorang cendikiawan(ilmuan) muslim.
12SK124921.00 | SK PAI14.1249 GHO p C.0 | My Library | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain