SKRIPSI PAI
TIDAK TERSAJI: Bias Gender Dalam Akses Pendidikan Anak Di Kampung Becak Perum Sub Inti Panjang Wetan Kota Pekalongan
Bias gender dalam akses pendidikan anak merupakan satu realitas yang cukup miris.
Karena dari beberapa lembaga baik internasional maupun nasional telah mengeluarkan
kebijakan pengarustamaan gender. Seperti dalam Milenium Developments Goals yang
menyebutkan akan menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan
lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.
Selain itu bahwa Instruksi Presiden No. 9/2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional juga telah meligitimasi kesetaraan gender haus terjadi di segala
bidang termasuk dalam bidang pendidikan. Kampung Becak Perum Sub Inti Panjang Wetan
merupakan satu realitas kampung miskin kumuh yang berada tepat di depan kampus STAIN
Pekalongan di daerah Pekalongan Utara Kota Pekalongan. Apakah Bias gender dalam akses
pendidikan anak benar adanya terjadi di kampung tersebut ?
Dari uraian tersebut di atas, maka dirumuskan permasalahan yaitu: (1) Bagaimana
realitas bias gender terjadi di Kampung Becak Perum Sub Inti Panjang Wetan Kota
Pekalongan. (2) Bagaimana faktor-faktor bias gender terjadi di Kampung Becak Perum Sub
Inti Panjang Wetan Kota Pekalongan. (3) Bagaimana dampak bias gender dalam akses
pendidikan anak di Kampung Becak Perum Sub Inti Panjang Wetan Kota Pekalongan.
Kegunaan dari penelitian ini secara teoritis adalah : (1) Sebagai sumbangan pemikiran bagi
pemerintah, stakeholder terkait, pakar pendidikan maupun pendidik dalam mengetahui
tentang bias gender dalam akses pendidikan anak di kampung becak perum sub inti panjang
wetan kota pekalongan.(2) Sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah, stakeholder
terkait, pakar pendidikan, pendidik untuk merefleksi kembali atas terjadinya bias gender
dalam akses pendidikan anak di Kampung Becak Perum Sub Inti Panjang Wetan Kota
Pekalongan agar sesuai dengan Inpres No. 09/2000. Kegunaan secara praktisnya adalah : (1)
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah, stakeholder terkait, pakar
pendidikan, dan pendidik untuk bagaimana bersama-sama mendorong penyeteraan
pendidikan bahwa pendidikan untuk semua anak bangsa tidak mengenal miskin-kaya ataupun
laki-laki-perempuan. (2) Menjadi bahan masukan/pertimbangan bagi pemerintah untuk dapatmengurangi angka keterputusan sekolah dan ketidaksetaraan gender di lingkungan Kota
Pekalongan. (3) Menjadi bahan masukan/pertimbangan bagi pemerintah, stakeholder terkait,
pakar pendidikan, pendidik untuk selalu memperhatikan kesetaraan gender.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dan pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kualitataif. Teknik pengumpulan datanya adalah wawancara,
observasi dan dokumentasi. Sedangkan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif-induktif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bias gender dalam akses pendidikan anak di
kampung becak perum sub inti panjang wetan Kota Pekalongan terbukti, dengan mengambil
5 keluarga yang menjadi sumber data primer dan 3 dari unsur ketua RW dan RT
menjelaskan bahwa anak perempuan usia sekolah lanjut (SMP) rata-rata tidak melanjutkan
ke tngkat atas (SMA) kebanyakan mereka bekerja menjadi buruh, dibanding dengan lakilaki
mereka banyak yang melanjutkan ke tingkat atas (SMA) walau ada sebagian yang
berhenti di tengah jalan (putus sekolah). berikut faktor-faktor penyebab terjadinya bias
gender dalam akses pendidikan anak tersebut, yang pertama adalah bias gender akibat
kemiskinan, Kampung Becak Perum Sub Inti Panjang Wetan Kota Pekalongan merupakan
salah satu kampung miskin yang ada di Kota Pekalongan dengan kemiskinan keluarga
tersebut mendesak mereka kurang perhatian dengan pendidikan anaknya terlebih seorang
perempuan. Yang kedua, budaya patriarki yang masih melekat pada masyarakat jawa
khususnya masyarakat kampung becak membuat perempuan masih menjadi manusia kelas
dua the second class. Yang ketiga, miss understanding dalam pemahaman agama dimana
masyarakat kampung becak kurang memahami kedudukan antara laki-lai dan perempuan.
Yang keempat terjadi stagnasi pewarisan kehidupan orang tua pada anaknya.
10SK109621.00 | SK PAI13.1096 ADH b C.0 | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain