SKRIPSI KPI
Model Komunikasi Dakwah Dalam Mencegah Kekerasan Seksual di Unit Layanan Terpadu (ULT) Setara
Kekerasan seksual menjadi masalah sosial yang masif terjadi sebagai pelanggaran hak asasi manusia yang dapat menimbulkan dampak buruk, baik pada fisik, psikis, bahkan sosial sehingga perlu untuk dicegah. ULT Setara merupakan salah satu unit lembaga pusat pelayanan yang berfungsi untuk mengkomunikasikan upaya pencegahan kekerasan seksual. Dalam menjalankan fungsinya tersebut, ULT Setara dihadapkan dengan peluang dan tantangan. Oleh karena itu, ULT Setara mengimplementasikan komunikasi dakwah sebagai landasan dalam pencegahan kekerasan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut (1) Bagaimana model komunikasi dakwah ULT Setara dalam mencegah kekerasan seksual (2) bagaimana peluang dan tantangan ULT Setara dalam mencegah kekerasan seksual. Manfaat penelitian ini dapat memberikan sumbangsih keilmuan dan gambaran dalam penerapan komunikasi dakwah yang efektif, serta pengetahuan dalam pencegahan kekerasan seksual. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif deskriptif menggunakan data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Serta teknik analisis data melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) Model komunikasi dakwah yang digunakan dalam mencegah kekerasan seksual di Unit Layanan Terpadu (ULT) Setara, diantaranya dengan bil lisan melalui sosialisasi, kemudian bil hal dengan aktivitas nyata pada tri dharma perguruan tinggi, serta bil qalam yaitu dibuatnya regulasi, buku, jurnal, konten audio visual serta banner. (2) Peluang ULT Setara dalam mencegah kekerasan seksual yaitu adanya regulasi yang kuat, support system, sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dan kreatif, sarana prasarana yang memadai, kerelaan konseling, lingkungan kampus anti kekerasan seksual, serta advokasi hukum. Sedangkan tantangannya yaitu tingkat kepedulian rendah, kurangnya pengelolaan sosial media, adanya budaya patriarki dan raped culture, banyak yang belum speak up, aturan punishment yang belum jelas serta adanya hierarki kekuasaan.
24SK2434103.00 | SK KPI 24.103 MUH m | My Library (Lantai 3, Local Content) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain