SKRIPSI TADRIS MATEMATIKA
Analisis Metakognisi Siswa Sekolah Menengah Pertama dalam Menyelesaikan Masalah Matematika ditinjau dari Perbedaan Gender
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kemampuan siswa
dalam menyelesaikan masalah matematika masih tergolong rendah. Dalam
menyelesaikan masalah matematika, memerlukan keterlibatan metakognisi.
Metakognisi adalah kesadaran proses kognisi, atau pengetahuan tentang pikiran
dan cara kerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika SMP IT
MANUFA, ditemukan adanya perbedaan dalam menyelesaikan masalah antara
siswa laki-laki dan perempuan. Kemampuan metakognisi siswa dalam
menyelesaikan masalah khususnya pada perbandingan masih mengalami
kesulitan.
Penelitian ini dibuat untuk menjawab rumusan masalah yaitu “bagaimana
metakognisi siswa sekolah menengah pertama dalam menyelesaikan masalah
matematika ditinjau dari gender?”. Adapun tujuan penelitian yaitu untuk
menganalisis metakognisi siswa sekolah menengah pertama dalam menyelesaikan
masalah matematika ditinjau dari gender.
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif. Peneliti menggunakan sumber data berupa sumber data primer dan
sekunder untuk mendapatkan data yang maksimal sesuai keinginan. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi, tes tulis,
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis pada penelitian ini dengan
menggunakan triangulasi. Pada penelitian ini menggunakan siswa kelas VII SMP
IT MANUFA. Sampel sebanyak 6 siswa yaitu 3 Laki-laki dan 3 Perempuan.
Hasil dari penelitian tes metakognisi terdapat siswa yang memiliki nilai di
atas dan di bawah nilai rata-rata. Dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh
perempuan adalah 38,6 dengan persentase 54 % diatas rata-rata, jadi lebih dari
setengah siswa perempuan sudah mampu secara metakognisi. Sedangkan hasil
rata-rata siswa laki-laki adalah 32 dengan persentase 32 % siswa di atas rata-rata
yang dapat diartikan bahwa siswa laki-laki masih memiliki metakognisi yang
rendah. Pada tahap memahami masalah laki-laki menggunakan bahasanya sendiri
sedangkan perempuan menggunakan bahasa yang ada pada soal. Pada tahap
merencanakan penyelesaian siswa laki-laki dan perempuan sama-sama mampu
menyebutkan langkah-langkah penyelesaian menyebutkan secara baik. Pada
tahap melaksanakan rencana siswa laki-laki lebih singkat dan tidak melakukan
perbaikan dibandingkan siswa perempuan yang lebih dijelaskan secara rinci.
Pada tahap terakhir yaitu menelaah kembali, siswa laki-laki maupun perempuan
yang masih kesulitan dalam menelaah kembali jawaban mereka namun
perempuan bisa menemukan cara lain.
24SK2426019.00 | SK TM 24.019 WIL a | My Library (Lantai 3. Local Content) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain