SKRIPSI IAT
Tafsir Virtual Media Sosial Tentang Ayat-Ayat Gender :Studi Atas Akun Facebook Fahmina Institute
Islam sebagai agama yang mempunyai misi sosial untuk menata peradaban manusia dengan adanya zaman yang didalamnya terkandung sebuah konteks budaya. Hakikat Islam tidaklah berubah, namun bagaimana Islam dikemas seiring berjalannya waktu akan ditunjukkannya perubahan yang mengikuti alur budaya zaman. Sebuah konteks perkembangan zaman kearah yang lebih maju ditunjukkannya perubahan dari beberapa aspek, salah satunya aspek yang menandai adanya perubahan tersebut adalah kemajuan teknologi sebagai media interaksi. Dalam konteks ini, terdapat berbagai media interaksi yang dilahirkan oleh para tokoh agama dalam menghidupkan spirit nilai Al-Qur’an untuk di implementasikan dan di aktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui media interaksi facebook. Aplikasi facebook ini banyak digunakan untuk mengajarkan ajaran agama, selain itu juga digunakan untuk menyampaikan berbagai penjelasan yang terdapat dalam Al-Qur’an atau yang kemudian disebut dengan tafsir Agama ini datang dengan tugas-tugas syariat yang sama yang diberikan kepada lakilaki dan perempuan. Begitu pula dengan hak-hak yang diberikan kepada keduanya. Dalam istilah jawa, perempuan sering disebut sebagai konco wingking dari laki-laki. Namun secara sosiologis, dalam kehidupan sehari-hari, sistem dan nilai-nilai budaya telah membuat perbedaan berdasarkan kepentingan laki-laki dan perempuan. Hal ini terjadi karena masyarakat hanya melihat aspek-aspek fisik (misalnya, perempuan adalah makhluk yang lemah), dan tidak memandang dari segi hakikat penciptaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang sama dan sederajat. Husein Muhammad merupakan satu-satunya kyai feminis Indonesia yang tidak pernah merasa lelah membela perempuan. Beliau juga mendirikan sebuah lembaga yang bernama Fahmina Institute bersama faqihddin abdul Kodir dan dua teman lainnya. Beliau mendongkrak kemapanan pemahaman relasi gender yang telah mapan. Pemahaman “agama” terhadap perempuan bagi Husein, masih sangat bias, masih menomor duakan, serta memarginalkan. Agama di sini dimanifestasikan dalam penafsiran terhadap teks itu sama dengan agama, yang memiliki sakralitas dan keabadian.
23SK2331101.00 | SK IAT 23.101 HIL t | My Library (Lantai 3, Local Content) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain