SKRIPSI KPI
Analisis Framing Pemberitaan Pencopotan Label Bantuan dari Gereja Dalam Media Detik.Com dan Republika.Com.Id
Pencopotan label gereja di tenda pengungsian yang diberikan untuk korban bencana gempa bumi dilakukan oleh salah satu ormas di Kabupaten Cianjur. Hal ini menuai pro dan kontra bagi warganet. Banyak yang merasa kesal terhadap aksi tersebut yang dinilai sombong karena tidak menghargai pemberian bantuan. Tentu aksi tersebut sangat tidak toleran dan tidak seharusnya dilakukan. Namun, tidak hanya ada pihak yang kontra terhadap aksi tersebut. Akan tetapi ada juga pihak lain yang pro terhadap tindakan yang dilakukan oleh oknum ormas. Tindakan tersebut dilakukan agar bantuan yang diberikan tidak menonjolkan kelompok tertentu. Ramainya respon terhadap aksi pencopotan label gereja di Cianjur menjadi gambaran bahwa isu agama masih jadi bahasan sensitif bagi publik. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui Bagaimana framing media Detik.com dan Republika.co.id dalam pemberitaan pencopotan label bantuan dari gereja? Dari latar belakang di atas dapat digunakan untuk menerapkan pengetahuan supaya tidak ada kesalahpahaman saat mengamati sebuah berita melalui media. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data primer yang digunakan yakni pemberitaan pada Detik.com dan Republika.co.id mengenai pencopotan label gereja yang dilakukan oleh salah satu ormas di Kabupaten Cianjur. Dalam analisis ini, metode yang digunakan adalah analisis framing model Robert N. Entman yang mencakup empat komponen yakni define problem, diagnose causes, make moral judgement, dan treatment recomendation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Detik.com lebih menekankan pada netralisasi informasinya tidak berpihak ke salah satunya, baik pelaku, korban, pihak gereja dan tidak ada kepentingan media di dalamnya. Hal ini netral bisa dilihat dari beberapa informasi yang disampaikan. Sementara Republika.co.id terlihat sebagai media yang nasionalis. Tampak dari pemberitaannya, republika menuai opini dari Gubernur Jawa Barat menyatakan sila ke-2 pancasila harus dijunjung dengan baik dan dipraktekkan dengan bijak. Walaupun tidak bersaudara dalam keimanan, tetaplah bersaudara dalam kebangsaan dan kemanusiaan. Dalam hal ini bantuan kemanusiaan tidak boleh ternodai sedikitpun oleh unsur kebencian.
23SK2334080.00 | SK KPI 23.080 BER a | My Library (Lantai 3, Local Content) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain