SKRIPSI IAT
Antropologi Sihir dalam Surat Yunus (Studi Ayat-Ayat Tentang Sihir dalam Tafsir Al-Iklil Fi Ma'ani At Tanzil)
Latar belakang penelitian ini berawal dari fenomena sihir masih diyakini oleh beberapa daerah di Indonesia. Seperti pada kasus yang terjadi di Gowa Sulawesi Selatan, seorang bocah berusia enam tahun dilarikan ke rumah sakit karena mata kanannya dicungkil oleh orangtuanya, paman serta nenek dan kakeknya. Setelah dilakukan penyelidikan, terungkap bahwa bocah tersebut menjadi korban pesugihan yang dilakukan oleh orangtuanya. Selain itu, terdapat kasus lain di Muna Sulawesi Tenggara, seorang ibu tega mengorbankan anaknya ke dukun demi mendapatkan kekayaan secara instan. Mirisnya, anak tersebut juga menjadi korban pemerkosaan oleh dukun yang menjanjikan kekayaan instan tersebut. Sihir di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan santet. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana penafsiran ayat-ayat sihir dalam surat yunus menurut tafsir Al-Iklīl Fī Ma‘ānī At-Tanzīl. 2. Bagaimana antropologi sihir dalam surat Yunus. Kemudian penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui penafsiran ayat-ayat sihir dalam surat Yunus. 2. Mengetahui antropologi sihir dalam surat Yunus. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat analisis deskriptif serta menggunakan pendekatan antropologi agama. Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan studi dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis deskriptif. Hasil dari penelitian tentang antropologi sihir dalam surat Yunus di sini bahwasanya di dalam surat Yunus terdapat beberapa ayat yang membahas mengenai sihir, yakni ayat 2, 76-77 serta 79-81. Ayat ke-2 membahas mengenai pengingkaran yang dilakukan oleh penduduk Makkah terhadap kerasulan Muhammad saw. Bahkan, penduduk Makkah menyebut bahwa Nabi Muhammad saw. merupakan tukang sihir. Ayat ke-76 sampai 81 membahas mengenai kisah Nabi Musa a.s menghadapi tukang sihirnya Fir’aun. Fir’aun mengutus tukang sihir untuk menghadapi Nabi Musa a.s karena ia menolak kebenaran serta ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa a.s. Beberapa fenomena sihir tersebut apabila didekati menggunakan pendekatan antropologi agama dapat dijelaskan bahwa fenomena sihir merupakan sebuah lokalitas pada suatu masyarakat tertentu pada zaman itu. Pada zaman itu, masyarakat belum mengetahui mengenai mukjizat serta karomah. Agama pun belum hadir dalam kehidupan manusia, sehingga diksi yang digunakan dalam menyebut suatu kejadian luar biasa atau keajaiban adalah sihir.
23SK2331058.00 | SK IAT 23.058 WAS a | My Library (Lantai 3, Local Content) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain