SKRIPSI KPI
Komunikasi Antar Budaya pada Ruang Lingkup Remaja dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat dengan beragam suku, budaya maupun adat istiadat yang berbeda. Pluralisme telah tumbuh dan berkembang sejak lama bahkan sebelum Indonesia berdiri. Proses interaksi dan komunikasi dari latar belakang daerah berbeda tentunya menimbulkan berbagai perbedaan seperti kebiasaan, logat maupun cara bicara dari setiap individu dan dalam proses tersebut, tidak akan terlepas dari suatu konflik. Begitu pula novel Negeri 5 Menara yang merupakan novel best seller dan didalamnya terdapat interaksi antar tokoh yang berasal dari daerah berbeda dengan gaya bicara tersendiri. Penelitian ini memuat persoalan untuk mengetahui bagaimana konflik horizontal (konflik internal dan eksternal) serta bentuk komunikasi antarbudaya yang terjadi di dalam novel Negeri 5 Menara. Hal ini bertujuan untuk mengetahui mengenai fenomena konflik yang berasal dari perbedaan budaya pada remaja muslim sekaligus menjelaskan bentuk komunikasi antarbudaya yang sesuai dalam novel Negeri 5 Menara. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif agar data yang diperoleh lebih mendalam. Metode yang digunakan adalah metode studi literatur dan teknik dokumentasi dalam pengumpulan data. Selain itu, teknik analisis menggunakan analisis naratif dari Tzeveten Todorov. Hasil penelitian yang didapat yaitu adanya konflik horizontal berupa konflik internal dan eksternal. Konflik internal atau konflik batin yang terjadi pada tokoh dalam novel yang notabene masih berusia remaja. Konflik eksternal yang terdiri dari konflik fisik (berkaitan dengan alam) dan konflik sosial (berkaitan dengan manusia). Bentuk komunikasi antarbudaya terbagi menjadi tiga yakni bentuk komunikasi internasional, bentuk komunikasi antar etnis dan bentuk komunikasi antar ras. Ketiga bentuk komunikasi antarbudaya tersebut terdapat pada penelitian novel Negeri 5 Menara. Hal ini menunjukkan lebih mengetahui aksen bahasa dari bangsa/ negara lain, saling memahami logat maupun kebiasaan antar etnis dan lebih saling menghargai antar individu terlepas dari perbedaan ciri fisik. Untuk itu, komunikasi antarbudaya dapat menjadi jembatan bagi permasalahan yang terjadi, dalam hal ini pada usia remaja.
23SK2334055.00 | SK KPI 23.055 FRI k | My Library (Lantai 3, Local Content) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain