SKRIPSI KPI
Analisis Wacana Kritis Penguatan Identitas Nasional Melalui Film Film Dokumenter Paniradya Kaistimewan
Kajian mengenai identitas nasional melalui media menjadi penting dilakukan di era globalisasi. Identitas nasional diwujudkan dalam film sebagai upaya mendekatkan nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat terkini. Identitas nasional yang bersifat dinamis memiliki tantangan di era globalisasi dimana media mempercepat proses pertukaran informasi dan budaya asing masuk ke dalam negeri. Oleh karena itu diperlukan internalisasi nilai identitas nasional melalui media termasuk film. Peneliti menggunakan film dokumenter Paniradya Kaistimewan sebagai representasi dari masalah di atas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif melalui analisis wacana kritis Van Dijk untuk menemukan bagaimana wacana tentang identitas nasional disajikan dalam film dokumenter sumbu imajiner Yogyakarta. Wacana dalam film dokumenter dikulik berdasarkan dimensi teks, kognisi sosial dan konteks sosial dengan pembahasan berdasarkan indikator identitas nasional. Dalam analisis teks, peneliti menemukan tema besar dalam film dokumenter sumbu imajiner yaitu konsep tata ruang dan kehidupan sosial budaya masyarakat Yogyakarta. Tema mengenai tata ruang dimunculkan lebih dominan sementara tema kehidupan sosial budaya masyarakat Yogyakarta sebagai penguat dan penjelas tema pertama. Film dokumenter memuat subjek primer dan subjek sekunder dalam film. Subjek primer merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam bahasan sumbu imajiner yang meliputi Gunung Merapi, Tugu Pal Putih, Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak dan Laut Selatan. Sedangkan subjek sekunder merupakan elemen vegetatif, jalan dan bangunan pendukung lainya sebagai penjelas subjek utama dalam film dokumenter. Dalam sisi struktur, film dokumenter sumbu imajiner menggunakan struktur tematis yang meliputi prolog, pendahuluan, pemaparan isu, narasi, wawancara dan kesimpulan. Struktur prolog lebih menekankan pada penceritaan mengenai konsep nilai yang akan dibahas dalam subjek film. Struktur pendahuluan menjelaskan orientasi mengenai sejarah dan bentuk bangunan. Struktur pemaparan isu dan narasi berupaya menjelaskan posisi subjek film dalam sumbu imajiner Yogyakarta. Wawancara menyajikan proses pengajuan pertanyaan terbuka kepad tokoh budaya, sejarah dan tokoh kunci masyarakat Yogyakarta. Dalam dimensi kognisi sosial, peneliti menemukan bahwa pengetahuan atas informasi yang dimunculkan dalam film sumbu imajiner merupakan hasil pengolahan ulang antara sumber arsip tertulis dan keterangan tokoh ahli yang dimunculkan berdasarkan pengetahuan, opini dan sikap pembuat film. Dalam konteks sosial, peneliti menemukan adanya penggunaan kesadaran penuh dalam mengarahkan alur cerita melalui penggunaan kekuasaan dan akses. Peneliti menemukan adanya perilaku prioritas dalam pengambilan inti-inti bahasan tentang sumbu imajiner Yogyakarta. Hal tersebut dilakukan dalam konteks keterbatasan durasi dan kompleksitas tema bahasan. Selain itu, peneliti juga menemukan adanya pemilahan narasumber secara kongret yang dilakukan dalam konteks upaya menampilkan secara visual maupun materi. Tidak semua narasumber muncul dalam film secara visual namun sebaliknya keterangan narasumber yang ada diolah ulang dalam proses validasi materi film. Dari sisi akses, film menyajikan gambaran berurutan dalam representasi tugas dan wewenang pemerintah dalam keistimewaan Yogyakarta. Bahasan pokok tersebut tercermin dari bagaimana film dokumenter menampilkan konteks sumbu imajiner dalam kehidupan masyarakat terkini baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan pariwisata. Hasil penelitian menemukan bahwa identitas nasional dalam film sumbu imajiner Yogyakarta lahir muncul sebagai hasil interaksi historis bangsa berupa indikator-indikator identitas nasional meliputi pola perilaku, lambang, alat perlengkapan dan tujuan bangsa. Pola identitas nasional menyajikan seperangkat nilai dan tata cara pelaksanaan adat upacara Labuhan masyarakat Yogyakarta dan nilai-nilai kebiasaan berupa cara berbicara, berjalan, berpakaian dalam kehidupan sehari-hari.Lambang muncul dalam identitas visual bangunan serta penggambaran visual dalam fim dokumenter. Alat perlengkapan tercermin dari subjek primer dan subjek sekunder dalam bangunan-bangunan sumbu imajiner Yogyakarta. Sedangkan tujuan bangsa terletak pada konsepsi nilai-nilai universal sumbu imajiner yang telah banyak diakui secara nasional. Pada akhirnya film dokumenter Paniradya Kaistimewaan merupakan bentuk penyajian wacana yang menguatkan identitas nasional berupa kebudayaan nasional melalui penjabaran indikator indikator yang ada. Adanya konsepsi filosofis dalam nilai-nilai budaya yang universal dapat ikut serta mewakili kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia
23SK2334051.00 | SK KPI 23.051 SUW a | My Library (Lantai 3, Local Content) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain