SKRIPSI IAT
Resepsi Al Qur'an dalam Habitus Masyarakat Desa Notogiwang Kecamatan Paninggaran Kabuapaten Pekalongan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis resespsi kultural mengenai tradisi Living Qur’an. Kajian Living Qur’an adalah kajian baru yang menganalisis perkembangan Al-Qur’an ditengah-tengah lingkungan masyarakat, yang mana tingkat baca Al-Qur’an khusunya di desa Notogiwang tergolong rendah dengan adanya praktik kajian Living Qur’an yang dibungkus dengan tradisi akan menjadi salah satu upaya menjaga Al-Qur’an ditengah kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya respon atau timbal balik dari pembaca Al-Qur’an, yang masyarakat yakini bawasanya Al-Qur’an dimaknai sebagai sarana perlindungan, perlindungan dari bahaya alam, perlindungan dari ganguan setan, dan perlindungan dari siksa kubur setelah kematian atau biasa disebut dengan resepsi kultural yang mana dalam praktiknya masyarakat desa Notogiwang melakukan tradis-tradisi seperti: ngapati, mitoni, pembacaan surat yasin dan tahlil serta pembacaan surat Ibrahim ayat 37-41 guna untuk keselamatan bagi sipemilik hajat. Dalam penelitian ini merupakan penelitian lapang yang menggunakan metode kualitatif dan pendekatan fenomenologi, yang dianalisi menggunakan teori praktik sosial Pierre Bourdieu. Dan hasil penelitian ini adalah menjelaskan resespi yang dipraktikan masyarakat desa Notogiwang berupa menjalankan tradisi Living Qur’an secara rutin dan memohon keberkahan dan keselamatan dari apa yang mereka baca. Selain resepsi penelitian ini juga menganalisis dari praktik sosial Pierre Bourdieu mengenai habitus, habitus adalah suatu praktik sosial yang berupa kebiasaan dan sudut pandang masyarkat yang dilakukan secara terus-menerus dalam proses yang cukup lama dan bisa berubah-ubah sesuai dengan zaman, dalam praktiknya masyarakat desa Notogiwang sudah melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sudah diwariskan leluhur mereka yang tanpa sadar mereka telah melakukan praktik habitus dalam kehidupanya yang sudah dipengaruri oleh beberapa modal yaitu modal sosal, modal budaya, modal simbolik dan modal ekonomi serta arena atau tempat pelaksanaan sehingga jika modal-modal tersebut sudah tercapai maka terciptalah sebuah praktik sosial berupa habitus.
23SK2331013.00 | SK IAT 23.013 FIR r | My Library (Lantai 3, Local Content) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain