e-BOOK
Kado Pendidikan Islam Kh. Ahmad Dahlan Dan Kh. Hasyim Asyari Untuk Indonesia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari dikenai sebagai ulama dan tokoh intelektual muslim sekaligus pahlawan nasional Indonesia. Sebagai seorang pemikir, K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari secara sosiologis (,socially contruction)lewat suatu proses yang dipengaruhi oleh peijalanan hidup, pendidikan dan pengaruh yang diterima dan pengalaman yang dilatarbelakanginya, di samping itu tidak terlepas oleh kondisi sosial, ekonomi, politik, budaya, dan intelektual yang melingkupi kehidupan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H Hasyim Asy’ari yang semua itu terkristal pada faktor internal, ektemal, dan riwayat hidup. 2) K.H. Ahmad D ahlan m enggagas pokok-pokok gagasan dan praktik pendidikan Islam nya dim aksudkan untuk mengintegrasikan anacaman-anacaman baru yang datang dari Barat (kolonial Belanda) berupa ilmu pengetahuan dan metodelogi pengajaran sekuler ke dalam lembaga pendidikan Islam yang notabene hanya mempelajari ilmu-ilmu agama, akan tetapai K.H Hasyim Asy’ari melontarkan pokok-pokok gagasan dan praktik pendidikan Islamnya untuk mengorelasikan antara model pendidikan pemerintah Belanda (sistem Barat) dengan tipe pendidikan pesantren yang tradisionalis. 3) K.H. Ahmad Dahlan membangun gagasan pemikirannya dengan metodologi pendekatan inovatif analitis, bentuk ini secara metodologis berkar pada corak meotodologi pendekatan sosial budaya (social-cultur approach) yang dipergunakan M uham m ad Abduh dalam m engadakan pem baharuan pendidikan di Mesir.1 Pengaruh Muhammad Abduh ini, cukup kuat pada pemikirannya2 sehingga implementasi penerapan gagasan dan praktik pendidikan Islam K.H Ahmad Dahlan di Indonesia merupakan pendobrak awal bagi tradisi keagamaan dan pembaruan pendidikan Islam di Indonesia. Sebaliknya, K.H. Hasyim A Sy’ari dalam membangun paradigma pemikirannya memakai metodologi pendekatan adopsi analiris, bentuk ini secara metodologis juga berakar pada corak pemikiran Gurunya Syekh Ahmad Ketib yang memimpin dan mempertahankan tradisi, sehingga implikasi gagasan dan praktik pendidikan Islam K.H. Hasyim A sy’ari (meminjam istilah Azyumardi)3 dalam menghadapi semua perubahan dan tantangan pembaruan pendidikan Islam, para eksponen pesantren terlihat tidak tergesa-gesa m entranform asikan kelembagaan pesantren menjadi lembaga pendidikan modern Islam sepenuhnya, tetapi sebaliknya cenderung mempertahankan kebijakan haati-hati (cauntuous policy) m ereka menrima pembaruan (atau modemisasi) pendidikan Islam hanya dalam skala yang sangat terbatas.
005 | 370 | Repository | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain