SKRIPSI PAI
Peran Guru PAI Dalam Pendidikan Karakter Religius Anak Berkebutuhan Khusus (Tunanetra> di SLB Negeri 1 Pemalang
Kata Kunci: Peran Guru PAI, Pendidikan Karakter Religius, Anak Tunanetra.
Guru PAI adalah salah satu orang yang dikatakan sebagai media/perantara perubahan pengetahuan dalam suatu aspek keagamaan, perubahan norma serta nilai moral untuk membentuk sikap, yang bertindak dalam mengendalikan perilaku. Dengan adanya peran guru PAI dalam pendidikan karakter diharapkan bisa melahirkan individu yang selalu berusaha menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak mulia termasuk anak yang memiliki cacat atau berkebutuhan khusus.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran guru PAI dalam membentuk karakter religius anak berkebutuhan khusus (tunanetra) di SLB Negeri 1 Pemalang dan apa saja faktor pendorong dan penghambat guru PAI dalam membentuk karakter religius anak berkebutuhan khusus (tunanetra) di SLB Negeri 1 Pemalang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran guru PAI dalam membentuk karakter religius anak berkebutuhan khusus (tunanetra) di SLB Negeri 1 Pemalang dan untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat guru PAI dalam membentuk karakter religius anak berkebutuhan khusus (tunanetra) di SLB Negeri 1 Pemalang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah lapangan (field research). Pendekatannya menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun analisis datanya menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran guru PAI dalam pendidikan karakter religius anak berkebutuhan khusus (tunanetra) yang mencakup sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, model dan teladan, serta evaluator dikatakan dapat membentuk anak tunanetra menjadi siswa yang memiliki akhlak yang baik. Adapun faktor pendorong dalam pendidikan karakternya sendiri yaitu orang tua, lingkungan sekolah terutama guru yang mengajar, teman terdekatnya, serta sarana dan prasarana yang mendukung. Adapula faktor penghambatnya yaitu kondisi fisik yang kurang baik, lingkungan yang kurang mendukung sehingga mereka kadang masih suka malu, minder, dan tidak percaya diri, kemudian terbatasnya waktu belajar yang di sediakan sekolah.
22SK2221067.00 | SK PAI 22.067 MAR p | My Library (Lantai.3, Local Content) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain